Kepada Tanah
Mula-mula bertanyalah ia tentang kesrakatnya pada masa silam
Secangkir kopi basi atau segenggam tanah merah
Pilihan itu dirawat dingin di benaknya
Bertahun lukanya melata
Lalu ia semai pilunya di umbul umbul jalanan sore
Berharap udara bebas satu-satunya pilihan
Entah dengan esok jika lekas ia singkirkan
Maka hari itu adalah harga mati untuk setapak demi setapak bualan
dalam setiap langkahnya
Sebelum Tuhan memintanya berkemas
Jatinangor 2009
Mengenang Tanah
Merah merekah tubuhku seumpama sampah diciumi cacing tanah
Di bumi yang basah ini aku tak punya apa-apa untuk dipertaruhkan
Selain raga yang kotor kenangan rata
Tubuh yang sempat didandani permata kini tempat bersemayam debu
Kembali doa liar menyambar kepala
Ternyata aku lupa mengeja alif ba ta-Nya
Sampai pada kerongkongan
Kuakhiri cintaku pada bayangan
Sebab pertemuan menjadi rindu yang berkepanjangan
Jatinangor, 2010